Minggu, 21 Juli 2013

Daftar Kata Serapan dari Bahasa Tionghoa dalam Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia banyak memuat kata-kata serapan dari bahasa-bahasa Tionghoa. Sebagian besar
kata-kata ini diserap bukan dari bahasa Mandarin, tetapi dari bahasa Hokkien, bahasa Amoy dan bahasa Kanton. Kata-kata ini terutama berhubungan dengan dapur dan makanan. Pengaruhnya terutama sangat terasa di pulau Jawa, di mana penduduk pulau ini sekarang tidak bisa lagi makan dan minum tanpa teh, tahu, kecap, bakmi, bakso, soto dan sate.

Kemudian kata-kata lain adalah yang spesifik berhubungan dengan budaya Tionghoa, misalkan Imlek, hongshui, shio dan sebagainya. Namun dalam bahasa Melayu dialek Betawi yang dipertuturkan di daerah Jakarta dan sekitarnya, kata ganti pertama (gua) dan kedua (lu) berasal dari sebuah bahasa Tionghoa. Selain itu dalam menyebut kata-kata bilangan, yang tidak dimuat di daftar ini, juga banyak dipakai kata-kata Tionghoa.

Beberapa kata dipertentangkan atau diragukan apakah berasal dari sebuah bahasa Tionghoa atau bukan, kata-kata ini antara lain adalah singkong (bahasa Melayu: “ubi pohon”) dan sate. Ada yang menduga kata sate berasal dari bahasa Tamil. Sedangkan kata jung yang tersebat di antara Jazirah Arab sampai Laut China Selatan, bukan berasal dari sebuah bahasa Tionghoa namun dari sebuah bahasa Austronesia. Yang berasal dari bahasa Tionghoa adalah kata wangkang. Namun kata terakhir ini sebenarnya merupakan kata serapan dari bahasa Austronesia (lihat Distrik Wanhua). Kemudian agak mengherankan praktis tidak ada kata-kata pinjaman yang berhubungan dengan senjata api, padahal senjata api diciptakan oleh bangsa Tionghoa. 


• amah (阿嫲) 
• amoy (阿妹) 
• angkin 
• angkong 
• anglo (洪爐) 
• anglong 
• angpao (紅包) 
• angsiau (紅燒) 


• bacang (粽子) 
• bak (tinta) (墨) 
• bakiak(木屐) 
• bakmi (肉麵) 
• bakpau (肉包) 
• bakpia (肉餅) 
• bakso 
• bakwan (肉丸) 
• babah 
• banji 
• barongsai 
• batau
• beca (becia atau tidak makan kalau tidak menarik beca/tidak mencari uang ) 
• bihun (mihun) (米粉) 
• bolui(沒錢)
• bongmeh 
• bopo 
• bongpai (墳碑) 


• cabo (女人) 
• cah (炒) 
• caisim 
• cakwe (炸粿/炸鬼)
• cangantu 
• cangbok 
• cangklong
• cap cai (雜碎): tumis sayuran 
• Cap Go Meh (十五暝; pinyin: shí wǔ wěi): perayaan 15 hari setelah tahun baru Imlek
• capjiki 
• cawan 
• cha sio (sederhana: 叉烧; tradisional 叉燒; pinyin chāshāo): sejenis babi panggang 
• cat 
• cece (坐坐)
• ceki 
• cia (吃) 
• cialat 
• ciami 
• cici (姐姐) 
• Cina (支那)
• cincai (隨便) 
• cincau (仙草) 
• cincu (珍珠) 
• cingantu 
• cingbok 
• cingcai (隨便) 
• cingge
• cintong 
• ciu (酒) 
• cocang 
• compoh 
• cui (水) 
• cuki 
• cukeng 
• cukong (主公)
• cun (寸) 

D 
• dacing - timbangan (称)
• dim sum (tradisional: 點心, sederhana: 点心 hanyu pinyin: dianxin) - sejenis makanan kecil

E 
• encang (阿丈)
• encing
• engkoh (阿哥) 
• engkong (阿公) 

 F
• fu yung hai (芙蓉蛋) 


• gin coa
• gincu (胭脂)
• ginkang 
• giok 
• giwang (耳環) 
• gua (我) 
• guci 

H 
• haisom - teripang 
• hengkang
• hiansay 
hio (香) 
• hisit - sirip ikan hiu 
• hoakiau (華僑) 
• hoana (土人) 
• hoki (福氣) 
• honghouw 
• hongsui atau fengshui (風水) - ilmu keharmonisan Tionghoa 
• hopeng (好朋) 
• hunkue (粉粿) 
• hwahwee 
• hwee 

 I
• Imlek (陰曆) 

J
• jalangkung 
jamu(草藥)
• jintan 
• jitu 
• jok 
• juhi - cumi kering 


• kamsia (感謝 ganxie) 
• kecap (茄汁 atau 鮭汁) - sejenis penyedap makanan
• kecoa 
• keluyuk kolobak (咕咾肉)
• kepang - ikatan rambut 
• kiejin 
• kimlo 
• kiu-kiu - sejenis permainan domino 
• klenteng
• koa 
• koi (鯉) 
• koko (哥哥 gege) 
• Kong Hu Cu (孔夫子 Kongfuzi) 
• kongcu (孔子 Kongzi) 
• kongkalikong (串謀) 
• kongko (講座 jiang zuo)
• kongsi (公司 gongsi)
• koyo 
• ku 
• kuaci (瓜籽 gua zi) 
• kuah (湯) 
• kucai - sejenis sayuran 
• kue (糕 gao) 
• kung fu (功夫 gongfu) - seni bela diri 
• kuntau 
• kuntung 
• kuli (苦力) 
• kwetiauw (粿條) 

 L 
• lakcang - sejenis sosis 
• lang (人) 
• langseng - mengukus,menanak 
• leci (荔枝) 
• lengkeng 
• lihai (厲害) 
• liong (龍) 
• loak 
• lobak 
• loteng (樓頂) 
• lonceng
• lonte 
• lu (汝) 
• lumpia (lun pia) (潤餅)(春卷) 

 M 
• maciok, mahyong (麻雀 / 麻將) 
• mangkok (碗鍋)
• mie (麵) 
• mihun (bihun) (米粉) 
• misoa (麵線) 
• moksai 
• mua
• mak (媽)

 
• ncik (姐) 

 O 
• oto (kata) 

P 
• pakau 
• pakpui 
• pangseng 
• pangsi 
• pangsit (扁食) 
• pangkeng (房間) 
• pia (餅)
• pong - sejenis tahu
• popia 
• potehi - boneka wayang Tionghoa 
• putau - sejenis minuman anggur 

S 
• samcam (三層) 
• sampan (舢舨) 
• sate (三疊) 
• sentiong - kuburan 
• shio (肖) 
• sinci 
• sincia (新假 xīnjià kemungkinan berasal dari 新年假期 xīnnián jiàqí - liburan tahun baru) 
• singkek 
• singkong 
• sinse (診師) 
• siomai (燒賣) 
• soja 
• sohun (細粉)
• sopia 
• soto 
• suhu - instruktur 
• sumpit 
• swike (水雞) - makanan dari daging katak 
• swipoa (sederhana 算盘; tradisional: 算盤; Pinyin: suànpán) - alat hitung, juga disebut sebagai abakus. 


• tacik (大姐) 
• tahu (bahasa Hokkian (tauhu) (Hanzi: 豆腐, hanyu pinyin: doufu) - sejenis makanan yang dibuat dari kedelai 
• tai chi 
• taifun - angin ribut 
• taiko 
• taipak 
• taipan 
• Tangerang
• tangsi
• taoci
• tauco (豆醬) 
• taucang 
• taufan 
• tauge (豆芽) 
• tauke (頭家) 
• teh (茶)
• teko (茶壺)
• tekong - kapten kapal 
• tim - sejenis nasi bubur 
• timlo 
• Tionghoa (中華) 
• Tiongkok (中國)
• toapekong
• toko 
• tongkang 
• toya - tongkat untuk permainan silat 
• tukang (土工)  


 • waitangkung - sejenis senam
 • wangkang (艋舺)
 • wotie
 • wushu 


 • yin yang (陰陽) 

Sumber :Wikipedia
Read More..

Selasa, 17 Januari 2012

Tampil Memukau Dengan Pilihan Cheongsam yang Tepat


Menjelang Tahun Baru Cina atau Imlek, mari bergaya dengan cheongsam. Busana asal Cina ini amat menarik untuk dikenakan pada acara spesial.

Di masa lampau, cheongsam (atau qipao), merupakan kostum yang dikenakan wanita kelas atas pada acara spesial. Salah satu ciri khasnya adalah potongannya yang pas dengan bentuk tubuh.

Jangan ragu-ragu mencoba gaun yang desainnya kini semakin bervariasi. Beberapa ciri khas utama cheongsam adalah potongan leher yang tinggi dan tertutup, bentuk pinggang yang pas badan, belahan rok dan bentuk kancing yang unik. Ketahui beberapa hal ini sebelum memutuskan untuk membeli cheongsam.

Bentuk Tubuh

Sangat penting untuk mengetahui bentuk tubuh Anda dengan benar sebelum memilih cheongsam. Umumnya desain cheongsam selalu berusaha menonjolkan kelebihan tubuh Anda.

Untuk yang bertubuh cukup tinggi, cheongsam panjang semata kaki bisa jadi pilihan. Sedangkan untuk yang bertubuh mungil, cheongsam selutut merupakan pilihan tepat. Cheongsam selalu dilengkapi dengan belahan rok untuk memudahkan gerak si pengguna. Belahan depan atau belakang bisa digunakan untuk di pemilik kaki ramping. Untuk yang memiliki kaki lebih berisi, pilihlah belahan kecil di samping pada dua sisi.

Kerah merupakan elemen penting. Desain tradisional Cheongsam memiliki kerah yang tinggi dan terutup. Garis kerah pada Cheongsam biasanya memanjang terus sampai ke dada untuk membuat leher terkesan lebih menawan. Bentuk kerah seperti ini cocok untuk si leher jenjang. Untuk yang memiliki leher lebih pendek sebaiknya pilih cheongsam dengan kerah rendah atau tanpa kerah dengan model kerah V pada bagian depan leher.

Umumnya Anda bisa memilih Cheongsam tanpa lengan, lengan pendek atau lengan 3/4. Untuk yang memiliki lengan ramping jangan ragu-ragu memilih desain cheongsam tanpa lengan. Untuk yang memiliki lengan berisi, pilihlah Cheongsam dengan tangan pendek atau 3/4.

Terkadang cheongsam juga dilengkapi dengan bantalan bahu. Jika bahu Anda tergolong bidang, hindari bantalan baju dan pilih cheongsam dengan lengan pendek untuk menghindari kesan berat di bagian atas.

Warna

Umumnya cheongsam yang sering kita lihat berwarna merah. Hal tersebut karena menurut kepercayaan Cina, warna merah merupakan simbol keberuntungan dan kesejahteraan. Cheongsam warna merah sering digunakan oleh pengantin atau oleh pelayan restoran.

Warna cerah biasanya digunakan oleh wanita muda sedangkan warna-warna gelap umumnya digunakan oleh wanita yang lebih tua. Konon warna ini juga menggambarkan kepribadian si pemilik. Hindari warna-warna terang untuk Anda yang memiliki tubuh berisi. Warna-warna gelap seperti abu-abu, hitam, atau merah marun bisa jadi pilihan yang tepat si tubuh berisi.

Motif

Berbagai motif cantik sering menghiasi bahan cheongsam. Masing-masing motif ini ternyata memiliki arti tersendiri. Bunga peony sebagai lambang kesejahteraan dan kemakmuran kerap menjadi hiasan motif cheongsam. Selain itu, ada juga motif bunga lotus (kecantikan), naga (kekuatan), dan ikan (keberuntungan).

Rumus umum tentang motif pada pakaian juga berlaku pada cheongsam. Mereka yang bertubuh besar sebaiknya memilih motif manis yang kecil. Memilih cheongsam dengan motif yang besar hanya akan membuat tubuh Anda terlihat lebih berat. Cheongsam polos tanpa motif dengan aplikasi garis pinggiran berwarna juga bisa menjadi variasi untuk yang ingin tampil anggun dan simpel.

Bahan

Cheongsam biasanya menggunakan bahan sutra, satin, brokat, atau katun. Pemilihan bahan selain dipengaruhi oleh bentuk tubuh juga sangat dipengaruhi pada jenis acara.

Untuk acara resmi, bahan yang digunakan umumnya sutra, satin, atau brokat. Bahan-bahan tersebut membuat penampilan cheongsam terlihat lebih mewah dan menawan. Untuk kesempatan yang lebih santai, bahan katun dan satin sering menjadi pilihan.

Bahan sutra cocok digunakan untuk yang bertubuh ramping karena teksturnya yang lembut dan jatuh mengikuti bentuk tubuh. Selain sutra, bahan brokat juga tepat digunakan si tubuh ramping untuk menambah volume pada tubuh. Hal ini karena umumnya penggunaan brokat akan dilapisi oleh bahan lainnya.

Satin dan katun aman untuk digunakan semua bentuk tubuh sebab mudah dibentuk untuk mengikuti bentuk tubuh atau membentuk siluet baru yang menyamarkan kekurangan tubuh. Untuk bahan katun tentu perawatannya juga lebih mudah ketimbang sutra atau brokat. Satin dan katun lebih tepat digunakan pada acara yang santai.
Sumber :Yahoo News
Read More..

Minggu, 25 September 2011

Bahasa Tionghoa Kuno

Karakter zhuànwén untuk "panen"
(kemudian "tahun") dan 
"orang." Pengucapan yang dihipotesiskan
untuk setiap karakter mungkin 
bisa menjelaskan persamaannya. 
Perhatikan konsonan yang terfaringalisasikan.

Bahasa Tionghoa Kuno (bahasa Tionghoa: 上古汉语; Hanzi tradisional: 上古漢語; bahasa Tionghoa: shànggǔ hànyǔ), atau Bahasa Tionghoa Arkais seperti digunakan oleh ahli linguis Bernhard Karlgren, merujuk kepada bahasa Tionghoa yang dipertuturkan dari masa Dinasti Shang (berakhir pada sekitar tahun 1045 SM menurut penelitian terkini), sampai ke masa Dinasti Han pertama (206 SM sampai 9 M). Ada beberapa sub-periode yang berbeda dalam waktu lama ini. Istilah ini yang beroposisi dengan bahasa Tionghoa Pertengahan dan bahasa Tionghoa Modern, biasanya dipakai dalam bidang fonologi sejarah bahasa Tionghoa, yang mencoba merekonstruksi pengucapan bahasa Tionghoa Kuno.

Karena bahasa Tionghoa Kuno merupakan bahasa yang dipertuturkan oleh bangsa Tionghoa ketika karya-karya sastra seperti Si Shu ditulis dan merupakan bahasa resmi kekaisaran Dinasti Qin yang dipersatukan dan Dinasti Han yang berlanjut lama, maka bahasa Tionghoa Kuno dilestarikan selama 2.000 tahun sebagai bahasa Tionghoa Klasik, sejenis gaya penulisan bahasa Tionghoa yang mencoba meniru tatabahasa dan kosakata bahasa Tionghoa Kuno seperti tertulis di karya-karya sastra di atas ini.

Bahasa Tionghoa Klasik digunakan selama 2.000 tahun sebagai bahasa resmi tidak hanya di Tiongkok saja, tapi juga di Korea, Jepang, dan Vietnam. Walau begitu banyak terdapatkan variasi pula dalam bahasa ini, terutama berdasarkan fakta kapan dan di mana karya sastra tertentu ditulis. Lalu bahasa Tionghoa Klasik yang ditulis agak mutakhir ini dan juga yang ditulis di luar Tiongkok kemungkinan besar agak sulit dimengerti oleh orang-orang yang hidup pada masa Kong Hu Cu.

Fonologi

Karena bahasa Tionghoa ditulis menggunakan karakter logografis, bukan huruf, maka tidaklah mudah bagi orang Tionghoa untuk mengamati bahwa bunyi-bunyi bahasa ini telah berubah. Kisah cerita rekonstruksi bahasa Tionghoa Kuno bermula dengan resitasi Shijing, khazanah sajak tertua dan termulia di Tiongkok. Beberapa generasi sastrawan Tiongkok terheran-heran bahwa banyak bait-bait Shijing tidaklah berima secara halus. Mereka tidak mengerti bahwa bunyi-bunyi bahasa Tionghoa telah lama bergeser. Ilmuwan seperti Zhu Xi mengusulkan bahwa orang-orang kuno ini memiliki cara tersendiri untuk meresitasikan sajak: mereka akan mengubah pembacaan sebuah karakter secara sementara supaya sesuai dengan kaidah rima metrum. Resitasi semacam ini disebut xieyin (叶音 harafiah "harmonisasi bunyi").

Jiao Hong (焦竑) dan Chen Di (陈第/陳第) dari Dinasti Ming merupakan yang pertama yang secara koheren menyatakan bahwa bait-bait Shijing ini tidak berima karena bunyinya telah bergeser. Rekonstruksi bahasa Tionghoa Kuno dimulai ketika Gu Yanwu (顾炎武/顧炎武) dari Dinasti Qing membagi bunyi-bunyi bahasa Tionghoa Kuno menjadi 10 kelompok suku kata (韵部 yunbu). Ilmuwan Qing lain mengikuti langkah Gu dan memperhalus pembagian ini. Ilmuwan bahasa Tionghoa yang berasal dari Swedia, Bernhard Karlgren, merupakan yang pertama yang bisa merekonstruksi bahasa Tionghoa Kuno dengan huruf Latin.

Bunyi bahasa Tionghoa Kuno sulit untuk direkonstruksi, karena sistem penulisan bahasa Tionghoa yang tidak berdasarkan pengucapan seperti sebuah alfabet. Para ilmuwan yang mencoba merekonstruksi fonologi bahasa Tionghoa Kuno harus menggunakan bukti tidak langsung. Mereka terutama mempelajari teks-teks berima dari masa pra-Qin, terutama Shijing, dan petunjuk dari fakta bahwa karakter-karakter yang memiliki komponen fonetis yang sama (形聲), dahulu adalah homofon atau hampir-homofon ketika karakter-karakter ini diciptakan.

Walau begitu masih banyak pertentangan mengenai fonologi bahasa Tionghoa Kuno. Dewasa ini para pakar telah setuju bahwa bahasa Tionghoa Kuno memiliki gugusan konsonan seperti *kl- dan *gl-, yang tidak ada pada dialek-dialek modern. Namun, isyu-isyu di bawah ini masih diperdebatkan:
• bahwa bahasa Tionghoa Kuno memiliki konsonan yang difaringalisasikan atau ciri khas aneh/langka lainnya
• bahwa bahasa Tionghoa Kuno tidak monosilabis (ekasukukata).
• bahwa bahasa Tionghoa Kuno Awal bukan sebuah bahasa bernada. Nada-nada dalam bahasa Tionghoa Pertengahan berkembang dari konsonan-konsonan Tionghoa Kuno yang telah bergeser bunyinya atau bahkan hilang.

Kosakata

Pendapat tradisional ialah bahwa bahasa Tionghoa merupakan bahasa analitis tanpa infleksi atau tasrifan. Namun semenjak studi pelopor Henri Maspero,[2] telah ada beberapa ilmuwan yang secara serius mempelajari morfologi bahasa Tionghoa Kuno. Sagart (1999) memberikan ringkasan dari usaha-usaha ini.

Tatabahasa

Tatabahasa Tionghoa Kuno tidaklah sama dengan tatabahasa Tionghoa Klasil. Banyak kebiasaan yang ditemukan pada bahasa Tionghoa Klasik, tidak ada pada bahasa Tionghoa Kuno. Sebagai contoh, kata 其 (qí) bisa dipakai sebagai kata ganti pronomina ketiga (ia) dalam bahasa Tionghoa Klasik, tetapi tidak dalam bahasa Tionghoa Kuno di mana kata ini hanya digunakan sebagai adjektiva posesif atau kata ganti kepemilikan ketiga (-nya).

Dalam bahasa Tionghoa Kuno tidak ada kopula, kopula 是 (shì) di bahasa Tionghoa Pertengahan dan Modern adalah sebuah kata tunjuk dalam bahasa Tionghoa Kuno ("ini", yang sama dengan 這 (zhè) dalam bahasa Tionghoa Modern).

Read More..

Rumpun Bahasa Tionghoa

Bentuk karakter cetak kuno dari zhongwen.
Bahasa Tionghoa = 汉语/漢語;中文
Dituturkan di = Cina, Taiwan, Singapura, Indonesia, Filipina, Malaysia, dan
komunitas Tionghoa lainnya di seluruh dunia.
Jumlah penutur = +/- 1,2 miliar
Rumpun bahasa = Sino-Tibet Bahasa Tionghoa
Bahasa resmi di = Cina, Taiwan, Singapura
Diatur oleh = di Cina : berbagai badan(dalam bahasa Tionghoa)
di Taiwan : National Languages Committee,
di Singapura: Mandarin Promotion Council


Bahasa Tionghoa (汉语/漢語, 华语/華語, atau 中文; pinyin: hànyǔ, huáyǔ, atau zhōngwén) adalah bagian dari rumpun bahasa Sino-Tibet. Meskipun kebanyakan orang Tionghoa menganggap berbagai varian bahasa Tionghoa lisan sebagai satu bahasa, variasi dalam bahasa-bahasa lisan tersebut sebanding dengan variasi-variasi yang ada dalam misalkan bahasa Roman; bahasa tertulisnya juga telah berubah bentuk seiring dengan perjalanan waktu, meski lebih lambat dibandingkan dengan bentuk lisannya, dan oleh sebab itu mampu melebihi variasi-variasi dalam bentuk lisannya.

Sekitar 1/5 penduduk dunia menggunakan salah satu bentuk bahasa Tionghoa sebagai penutur asli, maka jika dianggap satu bahasa, bahasa Tionghoa merupakan bahasa dengan jumlah penutur asli terbanyak di dunia. Bahasa Tionghoa (dituturkan dalam bentuk standarnya, Mandarin) adalah bahasa resmi Cina dan Taiwan, salah satu dari empat bahasa resmi Singapura, dan salah satu dari enam bahasa resmi PBB.

Istilah dan konsep yang digunakan orang Tionghoa untuk berpikir tentang bahasa berbeda dengan yang digunakan orang-orang Barat; ini disebabkan oleh efek pemersatu aksara Tionghoa yang digunakan untuk menulis dan juga oleh perbedaan dalam perkembangan politik dan sosial Cina dibandingkan dengan Eropa. Cina berhasil menjaga persatuan budaya dan politik pada waktu yang bersamaan dengan jatuhnya kerajaan Romawi, masa di mana Eropa terpecah menjadi negara-negara kecil yang perbedaannya ditentukan oleh bahasa.

Sebuah perbedaan utama antara konsep Cina mengenai bahasa dan konsep Barat akan bahasa, ialah bahwa orang-orang Cina sangat membedakan bahasa tertulis (wen) dan bahasa lisan (yu). Pembedaan ini diperluas sampai menjadi pembedaan antara kata tertulis (zi) dan kata yang diucapkan (hua). Sebuah konsep untuk sebuah bahasa baku yang berbeda dan mempersatukan bahasa lisan dengan bahasa tertulis ini dalam bahasa Tionghoa tidaklah terlalu menonjol. Ada beberapa varian bahasa Tionghoa lisan, di mana bahasa Mandarin adalah yang paling penting dan menonjol. Tetapi di sisi lain, hanya ada satu bahasa tertulis saja. (Lihat paragraf di bawah ini).

Bahasa Tionghoa lisan adalah semacam bahasa intonasi yang berhubungan dengan bahasa Tibet dan bahasa Myanmar, tetapi secara genetis tidak berhubungan dengan bahasa-bahasa tetangga seperti bahasa Korea, bahasa Vietnam, bahasa Thai dan bahasa Jepang. Meskipun begitu, bahasa-bahasa tersebut mendapat pengaruh yang besar dari bahasa Tionghoa dalam proses sejarah, secara linguistik maupun ekstralinguistik. Bahasa Korea dan bahasa Jepang sama-sama mempunyai sistem penulisan yang menggunakan aksara Tionghoa, yang masing-masing dipanggil Hanja dan Kanji. Di Korea Utara, Hanja sudah tidak lagi digunakan dan Hangul ialah satu-satunya cara untuk menampilkan bahasanya sementara di Korea Selatan Hanja masih digunakan. Bahasa Vietnam juga mempunyai banyak kata-kata pinjam dari bahasa Tionghoa dan pada masa dahulu menggunakan aksara Tionghoa.

Hubungan Antara Bahasa Tionghoa Lisan dan Bahasa Tionghoa Tulis

Hubungan antara bahasa Tionghoa lisan dan tertulis cukup kompleks - kompleksitas hubungan ini makin dipersulit dengan adanya bermacam-macam variasi bahasa Tionghoa lisan yang telah melewati evolusi selama berabad-abad sejak setidaknya zaman akhir-dinasti Han. Meskipun begitu, bentuk tulisannya tidak mengalami perubahan yang sebesar itu.

Hingga abad ke-20, kebanyakan tulisan Tionghoa yang formal berbentuk Tionghoa Klasik (wenyan) yang sangat berbeda dari semua varian lisan Tionghoa seperti halnya bahasa Latin Klasik berbeda dari bahasa Roman modern. Aksara Tionghoa yang lebih mirip dengan bahasa lisannya digunakan untuk menulis karya-karya informal seperti novel-novel yang mengandung bahasa sehari-hari.

Sejak Gerakan 4 Mei (1919), standar formal tulisan Tionghoa adalah baihua (Bahasa Tionghoa Vernakular), yang mempunyai tata bahasa dan kosa kata yang mirip - namun tidak sama - dengan tata bahasa dan kosa kata bahasa Tionghoa lisan modern. Meskipun hanya sedikit karya baru yang ditulis dalam Tionghoa Klasik, Tionghoa Klasik masih dipelajari di tingkat SMP dan SMU di Cina dan menjadi bagian dari ujian tes masuk universitas.

Aksara Tionghoa adalah huruf-huruf yang tidak berubah meskipun cara pengucapannya berbeda. Jadi meskipun "satu" dalam bahasa Mandarin adalah "yi", dalam bahasa Kantonis adalah "yat" dan dalam bahasa Hokkien adalah "tsit/cit", mereka semua berasal dari satu kata Tionghoa yang sama dan masih menggunakan satu huruf yang sama: 一. Namun demikian, cara penggunaan huruf-huruf tersebut tidak sama dalam setiap dialek Tionghoa. Kosa kata yang digunakan dalam dialek-dialek tersebut juga telah diperluas. Selain itu, meski kosa kata yang digunakan dalam karya sastra masih sering mempunyai persamaan antara dialek-dialek yang berbeda (setidaknya dalam penggunaan hurufnya karena cara bacanya berbeda), kosa kata untuk bahasa sehari-hari seringkali mempunyai banyak perbedaan.

Interaksi yang kompleks antara bahasa Tionghoa tertulis dan lisan bisa digambarkan melalui bahasa Kantonis. Terdapat dua bentuk standar yang digunakan untuk menulis bahasa Kantonis: Kantonis tertulis formal dan Kantonis tertulis biasa (bahasa sehari-hari). Kantonis tertulis formal sangat mirip dengan bahasa Tionghoa tertulis dan bisa dimengerti oleh seorang penutur bahasa Tionghoa tanpa banyak kesulitan, namun Kantonis tertulis formal cukup berbeda daripada Kantonis lisan. Kantonis tertulis biasa lebih mirip dengan Kantonis lisan tapi sulit dimengerti oleh penutur bahasa Tionghoa yang belum terbiasa.

Bahasa Kantonis mempunyai keistimewaan dibandingkan dengan bahasa-bahasa daerah non-Tionghoa lainnya karena mempunyai bentuk tulisan standar yang digunakan secara luas. Bahasa-bahasa daerah lainnya tidak mempunyai bentuk tulisan standar alternatif seperti Kantonis namun mereka menggunakan huruf-huruf lokal atau menggunakan huruf-huruf yang dianggap kuno di "baihua".

Selain bahasa diatas, ada pula jenis bahasa Tionghoa lain yang dituturkan seperti bahasa Hakka atau khek dan bahasa Tiochiu.

Perkembangan Bahasa Tionghoa

Kategorisasi perkembangan bahasa Tionghoa masih menjadi perdebatan di antara para ahli-ahli bahasa. Salah satu sistem yang pertama diciptakan oleh ahli bahasa Swedia bernama Bernhard Karlgren; sistem yang sekarang dipakai merupakan revisi dari sistem ciptaannya.

Bahasa Tionghoa Lama adalah bahasa yang umum pada zaman awal dan pertengahan dinasti Zhou (abad ke-11 hingga 7 SM) - hal ini dibuktikan dengan adanya ukiran pada artifak-artifak perunggu, puisi Shijing, sejarah Shujing, dan sebagian dari Yijing (I Ching). Tugas merekonstruksi Bahasa Tionghoa Lama dimulai oleh para filologis dinasti Qing. Unsur-unsur fonetis yang ditemukan dalam kebanyakan aksara Tionghoa juga menunjukkan tanda-tanda cara baca lamanya.

Bahasa Tionghoa Pertengahan adalah bahasa yang digunakan pada zaman dinasti Sui, dinasti Tang dan dinasti Song (dari abad ke-7 hingga 10 Masehi). Bahasa ini dapat dibagi kepada masa awalnya - yang direfleksikan oleh tabel rima Qieyun 切韻 (601 M) dan masa akhirnya pada sekitar abad ke-10 - yang direfleksikan oleh tabel rima Guangyun 廣韻. Bernhard Karlgren menamakan masa ini sebagai 'Tionghoa Kuno'. Ahli-ahli bahasa yakin mereka dapat membuat rekonstruksi yang menunjukkan bagaimana bahasa Tionghoa Pertengahan diucapkan. Bukti cara pembacaan bahasa Tionghoa Pertengahan ini datang dari berbagai sumber: varian dialek modern, kamus-kamus rima, dan transliterasi asing. Sama seperti bahasa Proto-Indo-Eropa yang bisa direkonstruksi dari bahasa-bahasa Eropa modern, bahasa Tionghoa Pertengahan juga bisa direkonstruksi dari dialek-dialek modern. Selain itu, filologis Tionghoa zaman dulu telah berjerih payah dalam merangkum sistem fonetis Tionghoa melalui "tabel rima", dan tabel-tabel ini kini menjadi dasar karya ahli-ahli bahasa zaman modern. Terjemahan fonetis Tionghoa tehadap kata-kata asing juga memberikan banyak petunjuk tentang asal-muasal fonetis bahasa Tionghoa Pertengahan. Meskipun begitu, seluruh rekonstruksi bahasa tersebut bersifat sementara; para ahli telah membuktikan misalnya, melakukan rekonstruksi bahasa Kantonis modern dari rima-rima musik Kantonis (Cantopop) modern akan memberikan gambaran yang sangat tidak tepat mengenai bahasanya.

Perkembangan bahasa Tionghoa lisan sejak masa-masa awal sejarah hingga sekarang merupakan perkembangan yang sangat kompleks. Klasifikasi di bawah menunjukkan bagaimana kelompok-kelompok utama bahasa Tionghoa berkembang dari satu bahasa yang sama pada awalnya.



Hingga pertengahan abad ke-20, kebanyakan orang Cina yang tinggal di selatan Cina tidak dapat berbahasa Tionghoa. Bagaimanapun juga, walaupun adanya campuran antara pejabat-pejabat dan penduduk biasa yang bertutur dalam berbagai dialek Tionghoa, Mandarin Nanjing menjadi dominan setidaknya pada masa dinasti Qing yang menggunakan bahasa Manchu sebagai bahasa resmi. Sejak abad ke-17, pihak Kekaisaran telah membentuk Akademi Orthoepi (正音書院 Zhengyin Shuyuan) dalam usaha untuk membuat cara pembacaan mengikuti standar Beijing (Beijing adalah ibukota Qing), namun usaha-usaha tersebut kurang berhasil. Mandarin Nanjing akhirnya digantikan penggunaannya di pengadilan kekaisaran dengan Mandarin Beijing dalam 50 tahun terakhir dinasti Qing pada akhir abad ke-19. Bagi para penduduk biasa, meskipun berbagai variasi bahasa Tionghoa telah dituturkan di Cina pada waktu itu, bahasa Tionghoa yang standar masih belum ada. Penutur-penutur non-Tionghoa di selatan Cina juga terus berkomunikasi dalam dialek-dialek daerah mereka dalam segala aspek kehidupan.

Keadaan berubah dengan diciptakannya (di Cina dan Taiwan) sistem pendidikan sekolah dasar yang mempunyai komitmen dalam mengajarkan bahasa Tionghoa. Hasilnya, bahasa Tionghoa sekarang dituturkan dengan lancar oleh hampir semua orang-orang di Cina Daratan dan Taiwan. Di Hong Kong, bahasa pendidikan masih tetap bahasa Kantonis namun bahasa Tionghoa semakin menunjukkan kepentingannya.

Read More..

Rabu, 29 Juni 2011

Bahasa Kanton 粤语/粵語

Dituturkan di : Cina, Singapura, Indonesia, Malaysia, Kanada, Australia, Selandia Baru dan negara-negara lain yang ditinggali oleh migran-migran orang Kanton.
Daerah di Cina : provinsi Guangdong bagian tengah (Delta Sungai Mutiara (Pearl River) termasuk Hong Kong dan Makau); bagian timur Daerah Otonomi Guangxi
Jumlah penutur : 66 juta
Rumpun bahasa : Sino-Tibet, Bahasa Tionghoa, Yue
Bahasa resmi di : Hong Kong, Makau

Bahasa Kanton atau Yuè (广东话/廣東話, secara harafiah: bahasa Guangdong; di Indonesia sering disebut bahasa Konghu) adalah salah satu dari dialek bahasa Tionghoa yang dituturkan di barat daya Cina, Hong Kong, Makau, masyarakat keturunan Tionghoa di Asia Tenggara dan juga masyarakat Tionghoa di belahan dunia lain.

Bahasa Kanton merupakan bahasa perdagangan kebanyakan orang-orang Tionghoa yang tinggal di luar negeri - dituturkan oleh hampir 70 juta orang di seluruh dunia, jumlah yang hanya bisa disaingi di luar Cina oleh Bahasa Hokkien yang mempunyai sekitar 40 juta penutur.

Sejarah dialek Kanton ini dapat ditarik balik ke zaman Dinasti Tang. Menurut penelitian dari ahli bahasa Han di Tiongkok, dialek Kanton merupakan salah satu dialek bahasa Han tertua yang masih tersisa sekarang ini. Dialek Kanton digunakan secara luas pada zaman Dinasti Tang. Itu makanya anggapan bahwa melafalkan puisi Li Bai, Du Fu yang hidup pada zaman Dinasti Tang dengan dialek Kanton adalah lebih cocok daripada melafalkannya dengan bahasa Mandarin yang kita kenal sekarang ini.

Bahasa Kanton ini juga punya pembicara di kalangan Tionghoa di Indonesia dan Malaysia. Di Indonesia, bahasa Kanton biasa dikenal dengan sebutan bahasa Konghu.

Sumber :: Wikipedia Ensiklopedia Bebas
Read More..

Bahasa Mandarin (北方话)

Dituturkan di : Republik Rakyat Cina, Taiwan, Singapura, Indonesia, Malaysia,
dan komunitas keturunan Cina lainnya di seluruh dunia
Daerah : Sebagian besar bagian utara dan barat daya Cina;
dimengerti secara luas di bagian lainnya
Jumlah penutur : +/- 867,2 juta
Peringkat : 2 Didunia setelah Bahasa Inggris
Rumpun bahasa : Sino-Tibet, Bahasa Tionghoa, Bahasa Mandarin

Bahasa Mandarin (Tradisional: 北方話, Sederhana: 北方话, Hanyu Pinyin: Běifānghuà, harafiah: "bahasa percakapan Utara" atau 北方方言 Hanyu Pinyin: Běifāng Fāngyán, harafiah: "dialek Utara") adalah dialek Bahasa Tionghoa yang dituturkan di sepanjang utara dan barat daya Republik Rakyat Cina. Kata "Mandarin", dalam bahasa Inggris (dan mungkin juga Indonesia), digunakan untuk menerjemahkan beberapa istilah Cina yang berbeda yang merujuk kepada kategori-kategori bahasa Cina lisan.

Dalam pengertian yang sempit, Mandarin berarti Putonghua 普通话 dan Guoyu 國語 yang merupakan dua bahasa standar yang hampir sama yang didasarkan pada bahasa lisan Beifanghua* (lihat di bawah). Putonghua adalah bahasa resmi Cina dan Guoyu adalah bahasa resmi Taiwan. Putonghua - yang biasanya malah dipanggil Huayu - juga adalah salah satu dari empat bahasa resmi Singapura.

Dalam pengertian yang luas, Mandarin berarti Beifanghua (secara harafiah berarti "bahasa percakapan Utara"), yang merupakan sebuah kategori yang luas yang mencakup beragam jenis dialek percakapan yang digunakan sebagai bahasa lokal di sebagian besar bagian utara dan barat daya Cina, dan menjadi dasar bagi Putonghua dan Guoyu. Beifanghua mempunyai lebih banyak penutur daripada bahasa apapun yang lainnya dan terdiri dari banyak jenis termasuk versi-versi yang sama sekali tidak dapat dimengerti.

Seperti ragam-ragam bahasa Cina lainnya, ada banyak orang yang berpendapat bahwa bahasa Mandarin itu merupakan semacam dialek, bukan bahasa.
* Dalam bahasa Indonesia dibaca: Peifanghua

Asal kata Mandarin

Kata mandarin dalam bahasa Indonesia sendiri sepertinya diserap dari bahasa Inggris yang mendeskripsikan bahasa Cina juga sebagai bahasa Mandarin. Namun sebenarnya, kata Mandarin ini diserap bahasa Inggris dari bahasa Cina sendiri. Mandarin secara harfiah berasal dari sebutan orang asing kepada pembesar-pembesar Dinasti Qing di zaman dulu. Dinasti Qing adalah dinasti yang didirikan oleh suku Manchu, sehingga pembesar-pembesar kekaisaran biasanya disebut sebagai Mandaren (Hanzi: 滿大人) yang berarti Yang Mulia Manchu. Dari sini, bahasa yang digunakan oleh para pejabat Manchu waktu itu juga disebut sebagai bahasa Mandaren. Penulisannya berevolusi menjadi Mandarin di kemudian hari.


Nama-nama lain

  • Guoyu - (Hanzi: 國語) adalah sebutan lain bagi dialek Utara bahasa Han yang kita kenal sebagai bahasa Mandarin. Guoyu berarti harfiah "bahasa nasional", sesuai dengan kenyataan bahasa Mandarin ditetapkan sebagai bahasa resmi pemerintahan dan nasional di beberapa negara seperti Republik Rakyat Cina dan Republik Cina di Taiwan.



  • Huayu (Hanzi: 華語) adalah nama lain dari dialek Utara bahasa Han yang kita kenal sebagai bahasa Mandarin sekarang ini. Huayu berarti harfiah "bahasa Hua", merupakan bahasa yang umum digunakan oleh orang Cina dalam hal ini menunjuk kepada bahasa Mandarin yang luas dituturkan.



  • Read More..

    Jumat, 24 Juni 2011

    Lagu Kebangsaan RRC


    Judul                     : Yìyǒngjūn Jìnxíngqú (义勇军进行曲)
    Arti                        : Mars Para Sukarelawan
    Penggubah musik : Nie Er (聂耳)
    Penulis lirik           : Tian Han (田汉)

    Lirik

    起来!不愿做奴隶的人们!
    把我们的血肉,筑成我们新的长城!
    中华民族到了最危险的时候,
    每个人被迫着发出最后的吼声。
    起来!起来!起来!
    我们万众一心,
    冒着敌人的炮火前进!
    冒着敌人的炮火前进!
    前进!前进!进!

    Dalam Pinyin

    Qǐlái! Búyuàn zuò núlì de rénmen!
    Bǎ wǒmen de xuèròu zhùchéng wǒmen xīnde chángchéng!
    Zhōnghuá Mínzú dào le zùi wēixiǎnde shíhòu,
    Měige rén bèipòzhe fāchū zùihòude hǒushēng.
    Qǐlái! Qǐlái! Qǐlái!
    Wǒmen wànzhòngyīxīn,
    Màozhe dírén de pàohuǒ, Qiánjìn!
    Màozhe dírén de pàohuǒ, Qiánjìn!
    Qiánjìn! Qiánjìn! Jìn!

    Terjemahan Bahasa Indonesia

    Bangkitlah, wahai orang yang tak rela menjadi budak !
    Dengan darah dan daging, kita bangun Tembok Besar yang baru !
    Rakyat Hua telah sampai pada saat yang paling kritis,
    Setiap orang dipanggil untuk bertindak
    Bangkit ! Bangkit ! Bangkit !
    Kita semua bersatu hati
    Hadapi meriam musuh, maju !
    Hadapi meriam musuh, maju !
    Maju ! Maju ! Maju !

    Terjemahan Bahasa Inggris

    Arise, ye who refuse to be slaves!
    With our flesh and blood, let us build our new Great Wall!
    People of Hua face its greatest danger.
    From each one the urgent call for action comes forth.
    Arise! Arise! Arise!
    Millions with but one heart,
    Braving the enemy's fire.
    March on!
    Braving the enemy's fire.
    March on! March on! March on!
    Read More..