Minggu, 25 September 2011

Bahasa Tionghoa Kuno

Karakter zhuànwén untuk "panen"
(kemudian "tahun") dan 
"orang." Pengucapan yang dihipotesiskan
untuk setiap karakter mungkin 
bisa menjelaskan persamaannya. 
Perhatikan konsonan yang terfaringalisasikan.

Bahasa Tionghoa Kuno (bahasa Tionghoa: 上古汉语; Hanzi tradisional: 上古漢語; bahasa Tionghoa: shànggǔ hànyǔ), atau Bahasa Tionghoa Arkais seperti digunakan oleh ahli linguis Bernhard Karlgren, merujuk kepada bahasa Tionghoa yang dipertuturkan dari masa Dinasti Shang (berakhir pada sekitar tahun 1045 SM menurut penelitian terkini), sampai ke masa Dinasti Han pertama (206 SM sampai 9 M). Ada beberapa sub-periode yang berbeda dalam waktu lama ini. Istilah ini yang beroposisi dengan bahasa Tionghoa Pertengahan dan bahasa Tionghoa Modern, biasanya dipakai dalam bidang fonologi sejarah bahasa Tionghoa, yang mencoba merekonstruksi pengucapan bahasa Tionghoa Kuno.

Karena bahasa Tionghoa Kuno merupakan bahasa yang dipertuturkan oleh bangsa Tionghoa ketika karya-karya sastra seperti Si Shu ditulis dan merupakan bahasa resmi kekaisaran Dinasti Qin yang dipersatukan dan Dinasti Han yang berlanjut lama, maka bahasa Tionghoa Kuno dilestarikan selama 2.000 tahun sebagai bahasa Tionghoa Klasik, sejenis gaya penulisan bahasa Tionghoa yang mencoba meniru tatabahasa dan kosakata bahasa Tionghoa Kuno seperti tertulis di karya-karya sastra di atas ini.

Bahasa Tionghoa Klasik digunakan selama 2.000 tahun sebagai bahasa resmi tidak hanya di Tiongkok saja, tapi juga di Korea, Jepang, dan Vietnam. Walau begitu banyak terdapatkan variasi pula dalam bahasa ini, terutama berdasarkan fakta kapan dan di mana karya sastra tertentu ditulis. Lalu bahasa Tionghoa Klasik yang ditulis agak mutakhir ini dan juga yang ditulis di luar Tiongkok kemungkinan besar agak sulit dimengerti oleh orang-orang yang hidup pada masa Kong Hu Cu.

Fonologi

Karena bahasa Tionghoa ditulis menggunakan karakter logografis, bukan huruf, maka tidaklah mudah bagi orang Tionghoa untuk mengamati bahwa bunyi-bunyi bahasa ini telah berubah. Kisah cerita rekonstruksi bahasa Tionghoa Kuno bermula dengan resitasi Shijing, khazanah sajak tertua dan termulia di Tiongkok. Beberapa generasi sastrawan Tiongkok terheran-heran bahwa banyak bait-bait Shijing tidaklah berima secara halus. Mereka tidak mengerti bahwa bunyi-bunyi bahasa Tionghoa telah lama bergeser. Ilmuwan seperti Zhu Xi mengusulkan bahwa orang-orang kuno ini memiliki cara tersendiri untuk meresitasikan sajak: mereka akan mengubah pembacaan sebuah karakter secara sementara supaya sesuai dengan kaidah rima metrum. Resitasi semacam ini disebut xieyin (叶音 harafiah "harmonisasi bunyi").

Jiao Hong (焦竑) dan Chen Di (陈第/陳第) dari Dinasti Ming merupakan yang pertama yang secara koheren menyatakan bahwa bait-bait Shijing ini tidak berima karena bunyinya telah bergeser. Rekonstruksi bahasa Tionghoa Kuno dimulai ketika Gu Yanwu (顾炎武/顧炎武) dari Dinasti Qing membagi bunyi-bunyi bahasa Tionghoa Kuno menjadi 10 kelompok suku kata (韵部 yunbu). Ilmuwan Qing lain mengikuti langkah Gu dan memperhalus pembagian ini. Ilmuwan bahasa Tionghoa yang berasal dari Swedia, Bernhard Karlgren, merupakan yang pertama yang bisa merekonstruksi bahasa Tionghoa Kuno dengan huruf Latin.

Bunyi bahasa Tionghoa Kuno sulit untuk direkonstruksi, karena sistem penulisan bahasa Tionghoa yang tidak berdasarkan pengucapan seperti sebuah alfabet. Para ilmuwan yang mencoba merekonstruksi fonologi bahasa Tionghoa Kuno harus menggunakan bukti tidak langsung. Mereka terutama mempelajari teks-teks berima dari masa pra-Qin, terutama Shijing, dan petunjuk dari fakta bahwa karakter-karakter yang memiliki komponen fonetis yang sama (形聲), dahulu adalah homofon atau hampir-homofon ketika karakter-karakter ini diciptakan.

Walau begitu masih banyak pertentangan mengenai fonologi bahasa Tionghoa Kuno. Dewasa ini para pakar telah setuju bahwa bahasa Tionghoa Kuno memiliki gugusan konsonan seperti *kl- dan *gl-, yang tidak ada pada dialek-dialek modern. Namun, isyu-isyu di bawah ini masih diperdebatkan:
• bahwa bahasa Tionghoa Kuno memiliki konsonan yang difaringalisasikan atau ciri khas aneh/langka lainnya
• bahwa bahasa Tionghoa Kuno tidak monosilabis (ekasukukata).
• bahwa bahasa Tionghoa Kuno Awal bukan sebuah bahasa bernada. Nada-nada dalam bahasa Tionghoa Pertengahan berkembang dari konsonan-konsonan Tionghoa Kuno yang telah bergeser bunyinya atau bahkan hilang.

Kosakata

Pendapat tradisional ialah bahwa bahasa Tionghoa merupakan bahasa analitis tanpa infleksi atau tasrifan. Namun semenjak studi pelopor Henri Maspero,[2] telah ada beberapa ilmuwan yang secara serius mempelajari morfologi bahasa Tionghoa Kuno. Sagart (1999) memberikan ringkasan dari usaha-usaha ini.

Tatabahasa

Tatabahasa Tionghoa Kuno tidaklah sama dengan tatabahasa Tionghoa Klasil. Banyak kebiasaan yang ditemukan pada bahasa Tionghoa Klasik, tidak ada pada bahasa Tionghoa Kuno. Sebagai contoh, kata 其 (qí) bisa dipakai sebagai kata ganti pronomina ketiga (ia) dalam bahasa Tionghoa Klasik, tetapi tidak dalam bahasa Tionghoa Kuno di mana kata ini hanya digunakan sebagai adjektiva posesif atau kata ganti kepemilikan ketiga (-nya).

Dalam bahasa Tionghoa Kuno tidak ada kopula, kopula 是 (shì) di bahasa Tionghoa Pertengahan dan Modern adalah sebuah kata tunjuk dalam bahasa Tionghoa Kuno ("ini", yang sama dengan 這 (zhè) dalam bahasa Tionghoa Modern).

Read More..

Rumpun Bahasa Tionghoa

Bentuk karakter cetak kuno dari zhongwen.
Bahasa Tionghoa = 汉语/漢語;中文
Dituturkan di = Cina, Taiwan, Singapura, Indonesia, Filipina, Malaysia, dan
komunitas Tionghoa lainnya di seluruh dunia.
Jumlah penutur = +/- 1,2 miliar
Rumpun bahasa = Sino-Tibet Bahasa Tionghoa
Bahasa resmi di = Cina, Taiwan, Singapura
Diatur oleh = di Cina : berbagai badan(dalam bahasa Tionghoa)
di Taiwan : National Languages Committee,
di Singapura: Mandarin Promotion Council


Bahasa Tionghoa (汉语/漢語, 华语/華語, atau 中文; pinyin: hànyǔ, huáyǔ, atau zhōngwén) adalah bagian dari rumpun bahasa Sino-Tibet. Meskipun kebanyakan orang Tionghoa menganggap berbagai varian bahasa Tionghoa lisan sebagai satu bahasa, variasi dalam bahasa-bahasa lisan tersebut sebanding dengan variasi-variasi yang ada dalam misalkan bahasa Roman; bahasa tertulisnya juga telah berubah bentuk seiring dengan perjalanan waktu, meski lebih lambat dibandingkan dengan bentuk lisannya, dan oleh sebab itu mampu melebihi variasi-variasi dalam bentuk lisannya.

Sekitar 1/5 penduduk dunia menggunakan salah satu bentuk bahasa Tionghoa sebagai penutur asli, maka jika dianggap satu bahasa, bahasa Tionghoa merupakan bahasa dengan jumlah penutur asli terbanyak di dunia. Bahasa Tionghoa (dituturkan dalam bentuk standarnya, Mandarin) adalah bahasa resmi Cina dan Taiwan, salah satu dari empat bahasa resmi Singapura, dan salah satu dari enam bahasa resmi PBB.

Istilah dan konsep yang digunakan orang Tionghoa untuk berpikir tentang bahasa berbeda dengan yang digunakan orang-orang Barat; ini disebabkan oleh efek pemersatu aksara Tionghoa yang digunakan untuk menulis dan juga oleh perbedaan dalam perkembangan politik dan sosial Cina dibandingkan dengan Eropa. Cina berhasil menjaga persatuan budaya dan politik pada waktu yang bersamaan dengan jatuhnya kerajaan Romawi, masa di mana Eropa terpecah menjadi negara-negara kecil yang perbedaannya ditentukan oleh bahasa.

Sebuah perbedaan utama antara konsep Cina mengenai bahasa dan konsep Barat akan bahasa, ialah bahwa orang-orang Cina sangat membedakan bahasa tertulis (wen) dan bahasa lisan (yu). Pembedaan ini diperluas sampai menjadi pembedaan antara kata tertulis (zi) dan kata yang diucapkan (hua). Sebuah konsep untuk sebuah bahasa baku yang berbeda dan mempersatukan bahasa lisan dengan bahasa tertulis ini dalam bahasa Tionghoa tidaklah terlalu menonjol. Ada beberapa varian bahasa Tionghoa lisan, di mana bahasa Mandarin adalah yang paling penting dan menonjol. Tetapi di sisi lain, hanya ada satu bahasa tertulis saja. (Lihat paragraf di bawah ini).

Bahasa Tionghoa lisan adalah semacam bahasa intonasi yang berhubungan dengan bahasa Tibet dan bahasa Myanmar, tetapi secara genetis tidak berhubungan dengan bahasa-bahasa tetangga seperti bahasa Korea, bahasa Vietnam, bahasa Thai dan bahasa Jepang. Meskipun begitu, bahasa-bahasa tersebut mendapat pengaruh yang besar dari bahasa Tionghoa dalam proses sejarah, secara linguistik maupun ekstralinguistik. Bahasa Korea dan bahasa Jepang sama-sama mempunyai sistem penulisan yang menggunakan aksara Tionghoa, yang masing-masing dipanggil Hanja dan Kanji. Di Korea Utara, Hanja sudah tidak lagi digunakan dan Hangul ialah satu-satunya cara untuk menampilkan bahasanya sementara di Korea Selatan Hanja masih digunakan. Bahasa Vietnam juga mempunyai banyak kata-kata pinjam dari bahasa Tionghoa dan pada masa dahulu menggunakan aksara Tionghoa.

Hubungan Antara Bahasa Tionghoa Lisan dan Bahasa Tionghoa Tulis

Hubungan antara bahasa Tionghoa lisan dan tertulis cukup kompleks - kompleksitas hubungan ini makin dipersulit dengan adanya bermacam-macam variasi bahasa Tionghoa lisan yang telah melewati evolusi selama berabad-abad sejak setidaknya zaman akhir-dinasti Han. Meskipun begitu, bentuk tulisannya tidak mengalami perubahan yang sebesar itu.

Hingga abad ke-20, kebanyakan tulisan Tionghoa yang formal berbentuk Tionghoa Klasik (wenyan) yang sangat berbeda dari semua varian lisan Tionghoa seperti halnya bahasa Latin Klasik berbeda dari bahasa Roman modern. Aksara Tionghoa yang lebih mirip dengan bahasa lisannya digunakan untuk menulis karya-karya informal seperti novel-novel yang mengandung bahasa sehari-hari.

Sejak Gerakan 4 Mei (1919), standar formal tulisan Tionghoa adalah baihua (Bahasa Tionghoa Vernakular), yang mempunyai tata bahasa dan kosa kata yang mirip - namun tidak sama - dengan tata bahasa dan kosa kata bahasa Tionghoa lisan modern. Meskipun hanya sedikit karya baru yang ditulis dalam Tionghoa Klasik, Tionghoa Klasik masih dipelajari di tingkat SMP dan SMU di Cina dan menjadi bagian dari ujian tes masuk universitas.

Aksara Tionghoa adalah huruf-huruf yang tidak berubah meskipun cara pengucapannya berbeda. Jadi meskipun "satu" dalam bahasa Mandarin adalah "yi", dalam bahasa Kantonis adalah "yat" dan dalam bahasa Hokkien adalah "tsit/cit", mereka semua berasal dari satu kata Tionghoa yang sama dan masih menggunakan satu huruf yang sama: 一. Namun demikian, cara penggunaan huruf-huruf tersebut tidak sama dalam setiap dialek Tionghoa. Kosa kata yang digunakan dalam dialek-dialek tersebut juga telah diperluas. Selain itu, meski kosa kata yang digunakan dalam karya sastra masih sering mempunyai persamaan antara dialek-dialek yang berbeda (setidaknya dalam penggunaan hurufnya karena cara bacanya berbeda), kosa kata untuk bahasa sehari-hari seringkali mempunyai banyak perbedaan.

Interaksi yang kompleks antara bahasa Tionghoa tertulis dan lisan bisa digambarkan melalui bahasa Kantonis. Terdapat dua bentuk standar yang digunakan untuk menulis bahasa Kantonis: Kantonis tertulis formal dan Kantonis tertulis biasa (bahasa sehari-hari). Kantonis tertulis formal sangat mirip dengan bahasa Tionghoa tertulis dan bisa dimengerti oleh seorang penutur bahasa Tionghoa tanpa banyak kesulitan, namun Kantonis tertulis formal cukup berbeda daripada Kantonis lisan. Kantonis tertulis biasa lebih mirip dengan Kantonis lisan tapi sulit dimengerti oleh penutur bahasa Tionghoa yang belum terbiasa.

Bahasa Kantonis mempunyai keistimewaan dibandingkan dengan bahasa-bahasa daerah non-Tionghoa lainnya karena mempunyai bentuk tulisan standar yang digunakan secara luas. Bahasa-bahasa daerah lainnya tidak mempunyai bentuk tulisan standar alternatif seperti Kantonis namun mereka menggunakan huruf-huruf lokal atau menggunakan huruf-huruf yang dianggap kuno di "baihua".

Selain bahasa diatas, ada pula jenis bahasa Tionghoa lain yang dituturkan seperti bahasa Hakka atau khek dan bahasa Tiochiu.

Perkembangan Bahasa Tionghoa

Kategorisasi perkembangan bahasa Tionghoa masih menjadi perdebatan di antara para ahli-ahli bahasa. Salah satu sistem yang pertama diciptakan oleh ahli bahasa Swedia bernama Bernhard Karlgren; sistem yang sekarang dipakai merupakan revisi dari sistem ciptaannya.

Bahasa Tionghoa Lama adalah bahasa yang umum pada zaman awal dan pertengahan dinasti Zhou (abad ke-11 hingga 7 SM) - hal ini dibuktikan dengan adanya ukiran pada artifak-artifak perunggu, puisi Shijing, sejarah Shujing, dan sebagian dari Yijing (I Ching). Tugas merekonstruksi Bahasa Tionghoa Lama dimulai oleh para filologis dinasti Qing. Unsur-unsur fonetis yang ditemukan dalam kebanyakan aksara Tionghoa juga menunjukkan tanda-tanda cara baca lamanya.

Bahasa Tionghoa Pertengahan adalah bahasa yang digunakan pada zaman dinasti Sui, dinasti Tang dan dinasti Song (dari abad ke-7 hingga 10 Masehi). Bahasa ini dapat dibagi kepada masa awalnya - yang direfleksikan oleh tabel rima Qieyun 切韻 (601 M) dan masa akhirnya pada sekitar abad ke-10 - yang direfleksikan oleh tabel rima Guangyun 廣韻. Bernhard Karlgren menamakan masa ini sebagai 'Tionghoa Kuno'. Ahli-ahli bahasa yakin mereka dapat membuat rekonstruksi yang menunjukkan bagaimana bahasa Tionghoa Pertengahan diucapkan. Bukti cara pembacaan bahasa Tionghoa Pertengahan ini datang dari berbagai sumber: varian dialek modern, kamus-kamus rima, dan transliterasi asing. Sama seperti bahasa Proto-Indo-Eropa yang bisa direkonstruksi dari bahasa-bahasa Eropa modern, bahasa Tionghoa Pertengahan juga bisa direkonstruksi dari dialek-dialek modern. Selain itu, filologis Tionghoa zaman dulu telah berjerih payah dalam merangkum sistem fonetis Tionghoa melalui "tabel rima", dan tabel-tabel ini kini menjadi dasar karya ahli-ahli bahasa zaman modern. Terjemahan fonetis Tionghoa tehadap kata-kata asing juga memberikan banyak petunjuk tentang asal-muasal fonetis bahasa Tionghoa Pertengahan. Meskipun begitu, seluruh rekonstruksi bahasa tersebut bersifat sementara; para ahli telah membuktikan misalnya, melakukan rekonstruksi bahasa Kantonis modern dari rima-rima musik Kantonis (Cantopop) modern akan memberikan gambaran yang sangat tidak tepat mengenai bahasanya.

Perkembangan bahasa Tionghoa lisan sejak masa-masa awal sejarah hingga sekarang merupakan perkembangan yang sangat kompleks. Klasifikasi di bawah menunjukkan bagaimana kelompok-kelompok utama bahasa Tionghoa berkembang dari satu bahasa yang sama pada awalnya.



Hingga pertengahan abad ke-20, kebanyakan orang Cina yang tinggal di selatan Cina tidak dapat berbahasa Tionghoa. Bagaimanapun juga, walaupun adanya campuran antara pejabat-pejabat dan penduduk biasa yang bertutur dalam berbagai dialek Tionghoa, Mandarin Nanjing menjadi dominan setidaknya pada masa dinasti Qing yang menggunakan bahasa Manchu sebagai bahasa resmi. Sejak abad ke-17, pihak Kekaisaran telah membentuk Akademi Orthoepi (正音書院 Zhengyin Shuyuan) dalam usaha untuk membuat cara pembacaan mengikuti standar Beijing (Beijing adalah ibukota Qing), namun usaha-usaha tersebut kurang berhasil. Mandarin Nanjing akhirnya digantikan penggunaannya di pengadilan kekaisaran dengan Mandarin Beijing dalam 50 tahun terakhir dinasti Qing pada akhir abad ke-19. Bagi para penduduk biasa, meskipun berbagai variasi bahasa Tionghoa telah dituturkan di Cina pada waktu itu, bahasa Tionghoa yang standar masih belum ada. Penutur-penutur non-Tionghoa di selatan Cina juga terus berkomunikasi dalam dialek-dialek daerah mereka dalam segala aspek kehidupan.

Keadaan berubah dengan diciptakannya (di Cina dan Taiwan) sistem pendidikan sekolah dasar yang mempunyai komitmen dalam mengajarkan bahasa Tionghoa. Hasilnya, bahasa Tionghoa sekarang dituturkan dengan lancar oleh hampir semua orang-orang di Cina Daratan dan Taiwan. Di Hong Kong, bahasa pendidikan masih tetap bahasa Kantonis namun bahasa Tionghoa semakin menunjukkan kepentingannya.

Read More..

Rabu, 29 Juni 2011

Bahasa Kanton 粤语/粵語

Dituturkan di : Cina, Singapura, Indonesia, Malaysia, Kanada, Australia, Selandia Baru dan negara-negara lain yang ditinggali oleh migran-migran orang Kanton.
Daerah di Cina : provinsi Guangdong bagian tengah (Delta Sungai Mutiara (Pearl River) termasuk Hong Kong dan Makau); bagian timur Daerah Otonomi Guangxi
Jumlah penutur : 66 juta
Rumpun bahasa : Sino-Tibet, Bahasa Tionghoa, Yue
Bahasa resmi di : Hong Kong, Makau

Bahasa Kanton atau Yuè (广东话/廣東話, secara harafiah: bahasa Guangdong; di Indonesia sering disebut bahasa Konghu) adalah salah satu dari dialek bahasa Tionghoa yang dituturkan di barat daya Cina, Hong Kong, Makau, masyarakat keturunan Tionghoa di Asia Tenggara dan juga masyarakat Tionghoa di belahan dunia lain.

Bahasa Kanton merupakan bahasa perdagangan kebanyakan orang-orang Tionghoa yang tinggal di luar negeri - dituturkan oleh hampir 70 juta orang di seluruh dunia, jumlah yang hanya bisa disaingi di luar Cina oleh Bahasa Hokkien yang mempunyai sekitar 40 juta penutur.

Sejarah dialek Kanton ini dapat ditarik balik ke zaman Dinasti Tang. Menurut penelitian dari ahli bahasa Han di Tiongkok, dialek Kanton merupakan salah satu dialek bahasa Han tertua yang masih tersisa sekarang ini. Dialek Kanton digunakan secara luas pada zaman Dinasti Tang. Itu makanya anggapan bahwa melafalkan puisi Li Bai, Du Fu yang hidup pada zaman Dinasti Tang dengan dialek Kanton adalah lebih cocok daripada melafalkannya dengan bahasa Mandarin yang kita kenal sekarang ini.

Bahasa Kanton ini juga punya pembicara di kalangan Tionghoa di Indonesia dan Malaysia. Di Indonesia, bahasa Kanton biasa dikenal dengan sebutan bahasa Konghu.

Sumber :: Wikipedia Ensiklopedia Bebas
Read More..

Bahasa Mandarin (北方话)

Dituturkan di : Republik Rakyat Cina, Taiwan, Singapura, Indonesia, Malaysia,
dan komunitas keturunan Cina lainnya di seluruh dunia
Daerah : Sebagian besar bagian utara dan barat daya Cina;
dimengerti secara luas di bagian lainnya
Jumlah penutur : +/- 867,2 juta
Peringkat : 2 Didunia setelah Bahasa Inggris
Rumpun bahasa : Sino-Tibet, Bahasa Tionghoa, Bahasa Mandarin

Bahasa Mandarin (Tradisional: 北方話, Sederhana: 北方话, Hanyu Pinyin: Běifānghuà, harafiah: "bahasa percakapan Utara" atau 北方方言 Hanyu Pinyin: Běifāng Fāngyán, harafiah: "dialek Utara") adalah dialek Bahasa Tionghoa yang dituturkan di sepanjang utara dan barat daya Republik Rakyat Cina. Kata "Mandarin", dalam bahasa Inggris (dan mungkin juga Indonesia), digunakan untuk menerjemahkan beberapa istilah Cina yang berbeda yang merujuk kepada kategori-kategori bahasa Cina lisan.

Dalam pengertian yang sempit, Mandarin berarti Putonghua 普通话 dan Guoyu 國語 yang merupakan dua bahasa standar yang hampir sama yang didasarkan pada bahasa lisan Beifanghua* (lihat di bawah). Putonghua adalah bahasa resmi Cina dan Guoyu adalah bahasa resmi Taiwan. Putonghua - yang biasanya malah dipanggil Huayu - juga adalah salah satu dari empat bahasa resmi Singapura.

Dalam pengertian yang luas, Mandarin berarti Beifanghua (secara harafiah berarti "bahasa percakapan Utara"), yang merupakan sebuah kategori yang luas yang mencakup beragam jenis dialek percakapan yang digunakan sebagai bahasa lokal di sebagian besar bagian utara dan barat daya Cina, dan menjadi dasar bagi Putonghua dan Guoyu. Beifanghua mempunyai lebih banyak penutur daripada bahasa apapun yang lainnya dan terdiri dari banyak jenis termasuk versi-versi yang sama sekali tidak dapat dimengerti.

Seperti ragam-ragam bahasa Cina lainnya, ada banyak orang yang berpendapat bahwa bahasa Mandarin itu merupakan semacam dialek, bukan bahasa.
* Dalam bahasa Indonesia dibaca: Peifanghua

Asal kata Mandarin

Kata mandarin dalam bahasa Indonesia sendiri sepertinya diserap dari bahasa Inggris yang mendeskripsikan bahasa Cina juga sebagai bahasa Mandarin. Namun sebenarnya, kata Mandarin ini diserap bahasa Inggris dari bahasa Cina sendiri. Mandarin secara harfiah berasal dari sebutan orang asing kepada pembesar-pembesar Dinasti Qing di zaman dulu. Dinasti Qing adalah dinasti yang didirikan oleh suku Manchu, sehingga pembesar-pembesar kekaisaran biasanya disebut sebagai Mandaren (Hanzi: 滿大人) yang berarti Yang Mulia Manchu. Dari sini, bahasa yang digunakan oleh para pejabat Manchu waktu itu juga disebut sebagai bahasa Mandaren. Penulisannya berevolusi menjadi Mandarin di kemudian hari.


Nama-nama lain

  • Guoyu - (Hanzi: 國語) adalah sebutan lain bagi dialek Utara bahasa Han yang kita kenal sebagai bahasa Mandarin. Guoyu berarti harfiah "bahasa nasional", sesuai dengan kenyataan bahasa Mandarin ditetapkan sebagai bahasa resmi pemerintahan dan nasional di beberapa negara seperti Republik Rakyat Cina dan Republik Cina di Taiwan.



  • Huayu (Hanzi: 華語) adalah nama lain dari dialek Utara bahasa Han yang kita kenal sebagai bahasa Mandarin sekarang ini. Huayu berarti harfiah "bahasa Hua", merupakan bahasa yang umum digunakan oleh orang Cina dalam hal ini menunjuk kepada bahasa Mandarin yang luas dituturkan.



  • Read More..

    Jumat, 24 Juni 2011

    Lagu Kebangsaan RRC


    Judul                     : Yìyǒngjūn Jìnxíngqú (义勇军进行曲)
    Arti                        : Mars Para Sukarelawan
    Penggubah musik : Nie Er (聂耳)
    Penulis lirik           : Tian Han (田汉)

    Lirik

    起来!不愿做奴隶的人们!
    把我们的血肉,筑成我们新的长城!
    中华民族到了最危险的时候,
    每个人被迫着发出最后的吼声。
    起来!起来!起来!
    我们万众一心,
    冒着敌人的炮火前进!
    冒着敌人的炮火前进!
    前进!前进!进!

    Dalam Pinyin

    Qǐlái! Búyuàn zuò núlì de rénmen!
    Bǎ wǒmen de xuèròu zhùchéng wǒmen xīnde chángchéng!
    Zhōnghuá Mínzú dào le zùi wēixiǎnde shíhòu,
    Měige rén bèipòzhe fāchū zùihòude hǒushēng.
    Qǐlái! Qǐlái! Qǐlái!
    Wǒmen wànzhòngyīxīn,
    Màozhe dírén de pàohuǒ, Qiánjìn!
    Màozhe dírén de pàohuǒ, Qiánjìn!
    Qiánjìn! Qiánjìn! Jìn!

    Terjemahan Bahasa Indonesia

    Bangkitlah, wahai orang yang tak rela menjadi budak !
    Dengan darah dan daging, kita bangun Tembok Besar yang baru !
    Rakyat Hua telah sampai pada saat yang paling kritis,
    Setiap orang dipanggil untuk bertindak
    Bangkit ! Bangkit ! Bangkit !
    Kita semua bersatu hati
    Hadapi meriam musuh, maju !
    Hadapi meriam musuh, maju !
    Maju ! Maju ! Maju !

    Terjemahan Bahasa Inggris

    Arise, ye who refuse to be slaves!
    With our flesh and blood, let us build our new Great Wall!
    People of Hua face its greatest danger.
    From each one the urgent call for action comes forth.
    Arise! Arise! Arise!
    Millions with but one heart,
    Braving the enemy's fire.
    March on!
    Braving the enemy's fire.
    March on! March on! March on!
    Read More..

    Lagu Kebangsaan Taiwan

    "Lagu Kebangsaan Republik Cina" (Hanzi tradisional: 中華民國國歌, Hanzi sederhana: 中华民国国歌, Pinyin: Zhōnghuá Míngúo gúogē) adalah Lagu Kebangsaan Republik Cina. Secara informal, lagu ini juga dikenal dengan nama "San Min Chu-i" atau "Tiga Prinsip Rakyat" diambil dari bait pertama lagu ini, namun nama ini tidak pernah digunakan secara formal. Lirik lagu ini berisi visi dan harapan sebuah negara baru beserta masyaratnya yang dapat dicapai dari implementasi ideologi "San Min Chu-i" (Tiga Prinsip Rakyat).

    Sejarah
    Teks "Lagu Kebangsaan Republik Cina" ditulis oleh kolaborasi beberapa anggota Kuomintang, yaitu:

    * Hu Han-min (胡漢民 Hú Hànmín),
    * Tai Chi-t'ao (戴季陶; Dài Jìtáo),
    * Liao Chung-k'ai (廖仲愷 Liáo Zhōngkǎi)
    * Shao Yüan-ch'ung (邵元沖 Shào Yuánchōng).

    Teks ini dibacakan pertama kali pada tanggal 16 Juli 1924 sebagai pidato pembukaan Sun Yat Sen pada acara pembukaan Akademi Militer Whampoa

    Setelah keberhasilan Ekspedisi Utara, Kuomintang memilih teks ini sebagai lagu partai mereka dan mengadakan kontes untuk menciptakan musik yang tepat untuk teks ini. Ch'eng Mao-yün (程懋筠; Chéng Màoyún) memenangkan kontes ini dari 193 partisipan.

    Pada tanggal 24 Maret 1930, beberapa anggota partai Kuomintang mengajukan proposal untuk menggunakan pidato Sun Yat Sen sebagai lirik Lagu Kebangsaan. Oleh karena adanya oposisi atas penggunaan simbol partai politik untuk mewakili seluruh negeri, sebuah Komite Penelitian dan Penyuntingan Lagu Kebangsaan (國歌編製研究委員會), yang kemudian mengesahkan lagu partai KMT, dibentuk. Pada tanggal 3 Juni 1937 Central Standing Committee (中央常務委員會) menyetujui proposal ini, dan tahun 1934, "San Min Chu-i" secara resmi menjadi lagu kebangsaan Republik Cina.

    Lagu kebangsaan ini terpilih menjadi lagu kebangsaan terbaik di dunia pada Olimpiade 1936.

                                             Lirik

    Hanzi tradisional          Hanzi sederhana

    三民主義,吾黨所宗,            三民主义,吾党所宗,
    以建民國,以進大同。            以建民国,以进大同。
    咨爾多士,為民前鋒;            咨尔多士,为民前锋;
    夙夜匪懈,主義是從。            夙夜匪懈,主义是从。
    矢勤矢勇,必信必忠;            矢勤矢勇,必信必忠;
    一心一德,貫徹始終。            一心一德,贯彻始终。

    Lirik lagu ini ditulis dalam Bahasa Cina Klasik (文言文). Sebagai contoh:

    * ěr (爾) menunjuk pada kata ganti orang ke-dua baik bentuk tunggal maupun jamak tergantung dalam konteks kalimat. Dalam lirik, ěr (爾) ini memiliki arti jamak "kalian",
    * fěi (匪) menunjuk pada negasi (不 bù), dan
    * zī (咨) merupakan sebuah kata seru dalam konteks lirik lagu ini dan tidak pernah digunakan dalam bahasa Mandarin Lisan Modern.

    Dalam hal ini, lagu kebangsaan Republik Cina berbeda dengan lagu kebangsaan Republik Rakyat Cina, Barisan Para Sukarelawan, yang secara keseluruhan ditulis dalam Bahasa Cina Vernakular (白話文).

    Selain bersifat klasik, lirik ini juga bersifat puitis. Bentuk ini mengikuti Puisi Empat Karakter (四言詩) yang muncul pertama kali pada Dinasti Zhou. Karakter terakhir dari setiap baris berbunyi -ong (adapula sebagai -eng). Oleh karena bersifat puitis, beberapa kata dalam teks ini memiliki interpretasi yang berbeda. Hal ini terlihat dari terjemahan lirik lagu ini.
     
    Terjemahan

    Terjemahan versi resmi yang diterjemahkan oleh Tu Ting-hsiu (杜廷修) ke dalam Bahasa Inggris digunakan dalam beberapa panduan resmi bahasa asing yang dipublikasikan oleh pemerintah ROC.

    Resmi

    San Min Chu-i(=Tiga prinsip rakyat), 
    adalah prinsip kami
    Untuk mencapai tanah merdeka,
    Keamanan dunia, prinsip kami.
    Teruskan, sahabat,
    Andalah contoh rakyat
    Berpegang kukuh kepada prinsip,
    Demi matahari dan bintang.
    Bersungguh dan berani,
    Demi negara anda,
    Satu hati, satu semangat,
    Satu pikiran, satu prinsip.

    Harfiah


    San Min Chu-i(=Tiga prinsip rakyat), 
    prinsip dasar partai kita.
    Dengan ini, kita membangun negara untuk rakyat;
    Dengan ini, kita maju ke dalam kedamaian total.
    Oh, kalian, para pendekar,
    Untuk rakyat, jadilah barisan depan.
    Siang dan malam tanpa lelah,
    Ikuti prinsip.
    Bersumpah untuk tekun; bersumpah untuk berani.
    Harus dipercaya; harus setia.
    Satu hati, satu kebajikan,
    Dibawa sampai akhir hayat.

    Baris ke-tujuh dan delapan dari terjemahan Tu dan harfiah berbeda secara dramatis, namun terjemahan Tu hanyalah dalam urutan yang terbalik, untuk mengikuti urutan kata dalam bahasa Inggris. Selain itu, kata "siang" dan "malam" digantikan oleh metonim "matahari" dan "bintang". Puisi Bahasa Cina Klasik pada dasarnya mempunyai interpretasi yang sangat luas.

    Perbedaan yang sangat besar sebenarnya disebabkan oleh interprtasi resmi, yang mana beberapa kata yang bersifat politis memiliki penekanan yang signifikan:

    1. "Partai kita" (吾黨) diperluas menjadi "aliansi kita", yang artinya "kita semua", meliputi anggota non-partai.
    2. "Para pendekar" (多士) dipersonifikasi menjadi semangat berjuang semua warga negara, termasuk rakyat sipil.
    3. "Barisan depan" (前鋒) menyimbolisasikan "model warga negara"

    Intepretasi ini diajarkan di sekolah-sekolah Taiwan, namun beberapa menganggap perluasan frasa-frasa ini sebagai intepretasi yang tidak konsisten dengan yang sebenarnya. Kata "kesatuan besar" (大同) diintepretasikan sebagai "keharmonisan total dunia" (世界大同) dan merupakan sebuah istilah Kong Hu Cu yang tertulis dalam Kitab Ajaran Besar sebagai tujuan akhir manusia yang seharusnya perjuangkan. Istilah ini juga kadang-kadang diterjemahkan menjadi "sosialisme".
    Penggunaan di Taiwan

    Lagu ini secara luas dapat didengar dalam acara-acara penting seperti upacara penamatan sekolah dan upacara penaikan bendera. Namun selama beberapa tahun lagu ini diputar sebelum semua pemutaran film. Lagu ini pernah digunakan untuk mengidentifikasikan imigran ilegal yang datang ke Taiwan dari Fujian disebabkan oleh ketidakmampuan mereka untuk menyanyikan lagu ini. Dilaporkan pula cara ini tidak lagi efektif karena para imigran gelap ini telah mempelajari lagu ini sebelum datang.

    Oleh karena awalnya merupakan lagu partai Kuomintang (KMT) dan disusun di Cina Daratan sebagai pidato untuk Akademi Milter Whampoa (sebuah sekolah militer yang didirikan oleh KMT), mereka yang mendukung Kemerdekaan Taiwan keberatan dengan penggunaannya sebagai lagu kebangsaan. Frasa "partai kami" (吾黨) sebenarnya merujuk pada KMT, dan karenanya dianggap tidak pantas dijadikan sebagai lagu kebangsaan. Oleh karena Taiwan tidak lagi diperintah oleh pemerintahan satu partai, arti dari「黨」diperluas menjadi arti yang lebih umum "kita"—— seperti yang pernah digunakan sebelum adanya partai politik—— di mana kata ini merujuk pada sebuah kelompok masyarakat yang berhubungan satu sama lain oleh ideologi dan tujuan yang sama.

    Partai Progresif Demokratik telah menerima lagu ini sebagai lagu kebangsaan, namun lagu ini sering dimainkan dalam konteks Taiwan yang kuat seperti dinyanyikan oleh paduan suara orang Aborigin Taiwan ataupun dinyanyikan dalam Bahasa Taiwan (varian Bahasa Hokkien di Taiwan) atau Bahasa Hakka. Tahun 2006, Presiden Chen Shui-Bian, setelah kembali dari perjalanan luar negerinya ke negara sekutu diplomatik ROC di Amerika Latin, menyatakan bahwa dia mendukung sepenuhnya lagu kebangsaan Republik Cina. Dia mengatakan bahwa setiap warga negara harus belajar menyanyikan lagu kebangsaan mereka dengan bangga dan lantang. Dia juga menekankan pada perlunya pejabat-pejabat resmi pemerintah menyanyikan lagu ini dan bukannya malah menghindarinya. Tanpa pemerintah sebagai contoh yang baik, tidaklah mengejutkan bahwa warga negara tidak menyanyikan lagu ini, kata Chen. Chen Shui-bian mebungkuk pada patung Sun Yat-sen, bapak negara Republik Cina. Dia juga membungkuk pada bendera ROC dan menyanyikan lagu tersebut dengan lantang selagi dia memimpin sebuah upacara di Taipei.

    Lagu ini dilarang di Cina Daratan dan walaupun secara tidak resmi dilarang di Hong Kong, pertunjukkan publik lagu ini sangat tidak dianjurkan. Pada acara pengambilan sumpah Chen Shui-bian pada tahun 2000, lagu ini dinyanyikan oleh seorang penyanyi terkenal A-Mei, yang menyebabkan dia dilarang untuk melakukan perjalan ke Cina Daratan selama beberapa bulan.

    Pada acara-acara internasional seperti Olimpiade di mana Taiwan tidak diijinkan untuk menggunakan nama resminya sebagai ROC dan dipaksa untuk menggunakan Cina Taipei, Lagu Bendera Kebangsaan Republik Cina (中華民國國旗歌) dimainkan sebagai gantinya oleh karena tekanan dari pemerintah Republik Rakyat Cina atas status politik Taiwan.

    Sumber : wikipedia
    Read More..